Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis & Contoh Segata atau Sagata dalam Bahasa Lampung (Pembahasan Lengkap)

  • Whatsapp
Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis Macam & Contoh Segata Sagata dalam Bahasa Lampung
Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis Macam & Contoh Segata Sagata dalam Bahasa Lampung

Segata/Sagata/Adi-Adi/Pattun merupakan bagian dari sastra lisan dan non lisan Lampung yang harus terus dilestarikan keberadaannya. Sehingga kita sebagai masyarakat provinsi Lampung harus bangga dengan sastra daerah dan melestarikannya.

Pengertian Segata/Sagata

Segata/sagata adalah bagian dari puisi yang merupakan karya sastra yang terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti banyak suku kata setiap baris, banyaknya baris setiap bait, persajakan atau irama.

Bacaan Lainnya

Segata yaitu salah satu sastra Lampung yang berbentuk puisi/pantun yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir ab-ab. Ciri/karakteristik lain dari pantun Sagata ini adalah dua baris pertama merupakan sampiran yang kadang-kadang tidak mempunyai arti sama sekali. Biasanya baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua bersajak dengan baris keempat.

Tujuan Segata/Sagata

Untuk mempertahankan adat, maka segata biasanya digunakan dalam acara-acara atau kegiatan sebagai berikut:
a. Akikah
b. Sunatan
c. Perkawinan dan acara adat
d. Kewafatan
e. Saat-saat setelah wafat/kematian

Fungsi Segata/Sagata

Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi /kegunaan/manfaat yaitu:

  1. Digunakan sebagai ungkapan isi hati kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau sebaliknya);
  2. Dijadikan alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan;
  3. Dijadikan Pelengkap acara cangget tarian adat Lampung (di lingkungan masyarakat Lampung Pepadun);
  4. Sebagai sarana pendidikan (edukasi) dan hiburan (refreshing);
  5. Untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan;
  6. Sebagai suatu pembukaan/penutupan acara-acara tertentu seperti acara adat pernikahan, dan lain sebagainya.

Macam-Macam/Jenis-Jenis dan Bentuk Segata/Sagata

Jenis puisi/segata ini pada umumnya digunakan masyarakat Lampung dialek “A” yang digunakan sesuai dengan tujuan isi puisi tersebut .
Ditinjau dari isinya sagata ada 5 macam/jenis yaitu:
a. Segata Ngebabang (pantun anak-anak)
b. Segata Buhaga (pantun percintaan)
c. Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup kegiatan)
d. Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak)
e. Segata Nyindekh (pantun sindiran)
f. Segata Hehiwang (pantun duka cita)

A. Sagata Sanak Ngababang (Pantuan Anak-Anak)

Yaitu hiburan bagi anak-anak yang sedang mengasuh adiknya.

B. Sagata Bukahaga/Buhaga/Bukhasan (Pantun Percintaan)

sagata buhaga adalah sebuah bentuk dari jenis sagata yang dimana memiliki berbagai macam bentuk rangkaian kata yang berada didalam kalimat yang akan memiliki berbagai maccam bentuk makna terhadap sebuah keinginan terhadap seseorang baik dalam bentuk percintaan.

Bentuk sagata ini berisikan pengungkapan isi hati sepasang remaja yang sedang bercinta. Bentuk sagata ini yaitu:

1). Sasimbatan (bersahut-sahutan)

Contohnya:

Bujang:

Api kik lawok angkat

Nyimbin iwane kodo

Api kham mufakat

Dacok kikhani kodo

Gadis:

Nangun kik lawok angkat

Iwane santokh nyimbin

Kuti haga mufakat

Hakhus pai penyin-penyin


2) Dilom Sukhat (Dalam surat)
Sagata ini biasanya dilakukan dengan berkirim surat antara sepasang remaja untuk mengutarakan isi hati nya masing-masing. Adapun bentuknya sama dengan sagata sasimbatan di atas.
3) Dilom babah (dalam pembicaraan)
Sagata ini diutarakan secara langsung dalam suatu musyawarah (biasanya ketika meminang gadis).
Contoh:
Mahappun sikindua numpang ngelokkon cawa, gegoh hani sgata ni sanak.
4) Dilom dawakha
Sagata ini merupakan pemberitahuan kepada gadis atau keluarganya, bahwa ada seseorang bujang akan berkunjung/bertandang. Biasanya sagata ini dilakukan dihalaman rumah atau disuatu tempat.
Contoh:

Mati khebu lalubi
Suluh pu halom-halom
Jak jawoh adik kunanti
Kusansat luwah kelom

Pekon ampai pekon kham
Banjakhbatin wat suha
Kik nyak yu santokh tikham
Kik adek halok mawat

5) Sagata Ngangga Hinik
Sagata ini dilakukan seorang bujang ketika ia akan berkunjung ketempat si gadis. Setelah ia berada disamping/di halaman atau belakang rumah si gadis, ia memberi kode dengan menyalakan korek api, sinar baterai atau memetik jari jempol dan telunjuk (methek). Ini dilakukan berkali-kali sampai ada balasan bahwa si gadis bersedia untuk ditemui atau orang tuanya memberitahukan bahwa si gadis tidak dirumah atau sakit.
Contohnya:

Kota dalom pekon lom
Khang laya batukhaja
Ku bidi kelom-kelom
Niat haga putungga

6) Sagata Nangguh (Pamitan):
Bentuk pantun ini disampaikan oleh gadis secara bergantian pada saat pertemuan dalam suatu kegiatan perkawinan. Kelompok gadis ini terbagi dua, yaitu kelompok gadis tuan rumah/muli baya dan kelompok gadis tamu/muli kawakhi.
Contoh :

Awal pembukaan:
Tuan rumah:
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Kawakhi ampai sampai
Api kabakh ni dudi

Tamu:
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Selamat pakhda munyai
Khena kabakh kham dudi

Saat gadis tamu akan pulang:
Tamu:
Kham pulipang betik
Andana ti takhima
Hanekan si ti kanik
Ngahakhap kilu khila

Tuan Rumah:
Ganta kodo kham lipang
Tekhima kasih siya
Hanekan si ti hiding
Mak luwah kimak khila

7) Sagata Salayuh
Bunyi segata/sagata ini menyatakan bagi pendengarnya karena bahasa dan kata katanya tidak teratur dan kasar berupa sindiran-sindiran kasar.
Contoh :
Khadu lohot ne mak ku
Iya cawa jama bapak
Enggok nyak ngamantu
Kik muli kicut pudak

8) Sagata Ijah Tawai
Sagata ini berisi nasihat, petuah, ajaran dan pendidikan (edukasi).
Contoh:
Wat dabingi dawah
Bukti uwat ni Tuhan
Dikhi kham kecah-kecah
Munggak medoh bu iman

C. Sagata Nangguh (Pantun Ngebuka atau Penutup Kegiatan)

Sagata nangguh adalah sebuah bentuk dari sagata yang dimana akan berisikan berbagai macam bentuk makna berpamitan yang dimana akan lebih dimulai dari berbagai macam bentuk ucapan salam terhadap hadirin yang dimana akan lebih seiring untuk digunakan pada saat pertemuan resmi.

Contohnya adalah:

Robbikum ya robbikum

Robbikum sollu ala

Assalamualikum

Jama ketti sai dija

D. Sagata Nyindekh (Pantun Sindiran)


Sagata nyindekh adalah sebuah bentuk dari jenis sagata yang dimana akan memiliki berbagai macam bentuk makna terhadap berbagai macam bentuk hal yang dimana dianggap kurang berkenaan.

Contohnya adalah:

Tanno nyak haga nangguh

Jama ketti sai dija

Hangon ku mawat hinduh

Jatuhni talak tiga

E. Segata Lalagaan (Pantun Berolok-Olok atau Kocak)

Segata lalagaan adalah jenis sastra Lampung yang berisi pantun saling berolok-olok atau isinya kocak dan menghibur.

Contohnya:

Putti tungkah di sabah,

Di uyak-uyak babui,

Nyak ngeliyak menghanai gayah,

Acak mak tughui-tughui.

(Artinya: pisang tanduk di sawah, diacak-acak babi, saya melihat bujang nganggur, lebih baik tidur-tiduran).

F. Segata Hehiwang/Hahiwang (Pantun Duka Cita)

Segata hahiwang/hehiwang Hahiwang merupakan salah satu puisi masyarakat lampung. Yang dikenal juga dengan nama Ringget. Bentuk hahiwang berupa puisi Lampung yang terdiri dari 6 baris seuntai, berisikan kesedihan, nestapa, keharuan, baik kejadian menyedihkan perorangan atau terhadap orang banyak. Hahiwang ini dikenal di Lampung pesisir atau peminggir. Simaklah contoh hahiwang dibawah ini.

Contohnya:

Dialek A

Gham mulai dicuba

Mulai ditahun sinji

Ditughunko tuhan gempa

Mawat beketantuan lagi

Hitungan para ulama

Seghadu maulid nabi

Ngedenting pukul lima

Ya nyampai telu ghani

Lamon sai mak ngeghasa

Lamban ghungkak unyinni

Gegoh kabanni kegha

Mejong tedunggut do sikam hinji

Badan liwon sengsagha

Sakik setengah mati

Lamon sai ghadu ngehema

Tantu do ghadu ngehema

Tantu do ghadu mati

Tiughau mak nimbal ya na

Ghepa lamun kak mati

Tepik pai tiyan sina

Nulung tiyan sai dudi

Lebih jak pukul lima

Ampai ghadu unyinni

Nyin haghta ghadu bela

Ghepa cagha lanjutni

Dialek O

Gham mulai dibaco

Mulai ditahun sijo

Diturunken tuhan mulei

Mak ketattuan lagei

Hitungan para ulama

Seghadeu maulid nabi

Bedeting pukul limo

Yo tigeh tigo panas

Nayah sai mak ngeghaso

Nuwo ghukkak unyenno

Gheggeh kabanno kegho

Mejjeng ngakeh akenlah ikam ijo

Badan keliwat sengsaro

Sakik setengah matei

Nayah sai mak ngeghammo

Tatteu non kak matei

Tararuh mak nimbal ya no

Geh nyo lamun kak matei

Tippik pai tiyan sino

Nulung tiyan sai dinei

Lebih tiyan sai dinei

Lebih jak jaman limo

Appai ghadeu unyenno

Najin dau kak gelik

Gehnyo caro terusno

Itulah tadi pembahasan lengkap tentang segata/sagata/pattun/adi-adi. Jika artikel di atas bermanfaat, jangan lupa bantu sebarkan ke yang lain ya suoaya sastra Lampung terus dapat dilestarikan oleh kita semua sebagai masyarakat Lampung.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar